___________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Doa pagi dan sore

Ya Allah......, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari bingung dan sedih. Aku berlindung kepada Engkau dari lemah dan malas. Aku berlindung kepada Engkau dari pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada Engkau dari tekanan hutang, pajak, pembuat UU pajak dan kesewenang-wenangan manusia.

Ya Allah......ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim dan para penarik pajak serta pembuat UU pajak selain kebinasaan".

Amiiiiin
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________

Saturday, January 19, 2019

Dari Demokrasi ke Kakistokrasi (Bagian III)

Moralitas


Ayat-Ayat Quran Dan Skenario Imaginer
Saya akan memulai tulisan ini dengan beberapa ayat Quran yang sering saya bacakan kepada orang-orang sosialis dan penganut paham populis. Karena yang akan EOWI sodorkan adalah masalah moralitas. Walaupun sebenarnya EOWI ingin merujuk pada moralitas Pancasila, tetapi tidak ada rujukan yang sahih yang bisa digunakan. Ke lima butir-butir Pancasila tidak mengandung ajaran moralitas. Sedangkan mau menggunakan rujukan Bible, suasana saat ini sangatlah sensitif. Salah-salah bisa diAhokkan. Jadi terpaksa EOWI gunakan Quran sebagai rujukan. Ini seharusnya cukup sahih (valid), mengingat mayoritas bangsa Indonesia mengaku Islam (baca: mengaku). Tentang sebenarnya......, hanya Allah yang tahu.

Kita juga tahu bahwa di dalam pemerintahan banyak orang yang mengaku beragama Islam. Bahkan salah satu cawapres adalah kyai, ketua Majelis Ulama Indonesia, MUI yaitu Ma’ruf Amin. Tentang keislaman yang sebenarnya......, hanya Allah yang tahu.

Kita mulai dulu dengan ayat-ayat Quran tersebut:

[2:188] Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim/penguasa, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.

[4:29] Hai orang-orang yang beriman, janganlah kami saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu......

[43:32] Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.

Ada suatu situasi imaginer yang akan EOWI kaitkan dengan ayat-ayat di atas. Skenarionya adalah sebagai berikut:

Seseorang mentraktir 200 orang makan siang di restoran. Dia bikin kesepakatan dengan pemilik restoran bahwa biaya makan ini akan ditanggung oleh orang yang datang pertama setelah magrib. Orang tersebut harus bayar, kalau tidak rumahnya akan disita.

Dari segi moralitas Islam, si Peneraktir dan Pemilik restoran sangat tidak bermoral. Jelas al Baqarah 188 (QS 2:188) menyebutkan: Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim/penguasa, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.

Sekalipun dibuat hukumnya atau undang-undangnya atau keputusan pemilik restoran, atau keputusan menteri atau keputusan presiden, tindakan semacam itu adalah immoral.

Silahkan merenungkan kembali, jika tindakan seperti itu dilegalkan, apakah akan membuat nya menjadi tidak immoral? Bagaimana jika semua bangsa menerima hal seperti ini, apakah tindakan seperti itu menjadi immoral? Sekalipun makannya itu untuk orang banyak dan bagi-bagi rejeki, kemaslahatan umat tetapi tetap saja immoral menurut ayat az Zukhruf 32 (QS 43:32). Kenapa immoral? Karena semuanya itu sejak awal tidak atas persetujuan calon pembayar bill makanan. Bahkan dalam QS 43:32 tidakan seperti itu dicela: .... rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.

EOWI mengajak pembaca untuk merenung kembali masalah moralitas ini. Sebab, ketika romantisme sudah dimasukkan, pelaku tindakan yang immoral bisa menjadi pahlawan, seperti Robin Hood contohnya.


Penjelasan Menteri Keuangan
Beberapa waktu lalu, ketika masalah hutang pemerintah Indonesia yang meningkat tajam selama  pemerintahan Jokowi memperoleh sorotan tajam, menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati memberi penjelasan di beberapa media dan juga forum-forum lainnya. Berikut ini salah satu rekaman videonya.






Hutang Negara: Apakah Tindakan Immoral?
Sekali lagi, EOWI tidak membahas hal ini dalam kerangka moralitas Pancasila, karena ke 5 butir Pancasila tidak berisi ajaran-ajaran moral seperti Bible, Quran atau Tripitaka. Pembahasan ini terbatas pada kerangka Islam. Jika anda punya rujukan Biblenya silahkan saja. Mungkin nanti EOWI akan memberi sedikit isyarat-isyaratnya.

Ketika negara mengeluarkan surat hutang dengan masa tenor 10 tahun, 20 tahun atau 30 tahun, maka yang akan membayar (melalui pajak) sebagian adalah orang-orang yang belum punya hak memilih. Jangankan yang tidak terwakili, yang terwakilipun tidak paham akan masalah hutang negara dan tidak pernah memperoleh penjelasan tentang  konsekwensi apa yang akan ditanggungnya. Apalagi surat hutang yang jatuh temponya 20 – 30 tahun, itu akan menjadi beban orang-orang yang pada saat hutang itu dibuat mereka masih berupa sperma, atau beras, sayuran, atau istilah dengan teman saya yang suka berbicara kasar, masih berupa titit, atau entah apa lagi.

Kembali kepada pertanyaan semula: Pemerintahan yang membuat hutang jangka panjang, apakah bisa disebut pemerintah yang punya moralitas dan beradab?


Sesat Pikir: Dalih atau Alasan?
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan bahwa APBN dan hutang serta mengelolaannya sudah sesuai dengan undang-undang. Argumen Sri Mulyani ini adalah logical fallacy (sesat pikir) yang bernama appeal to the law. Logical fallacy (sesat pikir) seperti ini secara gamblang digambarkan sebagai, jika perbuatan X mengikuti hukum, maka perbuatan X tersebut adalah perbuatan bermoral. Dan sebaliknya, jika perbuatan X itu tidak mengikuti hukum maka perbuatan itu immoral.

Coba renungkan dengan pertanyaan ini sebagai test realitas: Apakah undang-undang bisa menyulap perbuatan immoral menjadi bermoral? Kalau memang demikian halnya, maka untuk membasmi semua tindak immoral, dibuat saja undang-undangnya untuk mejadikannya bermoral. Yang pasti kata Quran,QS 2:188, pengesahan tindakan bathil tidak membuatnya tidak bathil.

Kalau sebelumnya adalah appeal to the law fallacy, sesat pikir dengan mengacu pada hukum legal, ada lagi sesat pikir yang sering digunakan sebagai dalih. Sesat pikir ini disebut appeal to majority, atau argumentum ad populum. Maksudnya jika banyak yang telah melakukan suatu perbuatan immoral maka tindakan itu menjadi tidak lagi immoral.

Varian lain dari argumentum ad populum adalah dengan mengatakan bahwa rejim yang lalu-lalu seperti Suharto, SBY juga membuat hutang. Walaupun untuk SBY ini tidak sepenuhnya benar (pada jaman SBY rasio hutang terhadap GDP turun), tetapi untuk sekedar berargumen, anggap saja benar, tidak berarti bahwa berhutang itu menjadi secara moral tergolong baik, melainkan berarti rejim-rejim yang terdahulu juga tidak bermoral.

Tidak ada yang bisa menyangkal dengan logika bahwa membuat hutang jangka panjang yang dilakukan oleh suatu rejim bisa disebut immoral.


Pengelabuhan: Beban Hutang Turun
EOWI sempat memperoleh kiriman video penjelasan menteri keuangan Sri Mulyani yang mengatakan bahwa secara nominal hutang memang naik. Tetapi relatif terhadap kemampuan bayar, dalam hal ini pendapatan, ratio hutang turun. Maksudnya ratio hutang terhadap penghasilan turun. Dalam hal negara, ratio hutang terhadap GDP turun. Kali ini kebohongannya dikubur oleh angka-angka.

Teknik mengubur kebohongan dengan angka-angka ini seperti sulap. Angka-angka statistik berfungsi sebagai pengalihan perhatian. Permainan yang sebenarnya bukan ada ditangan yang heboh beraksi melainkan ada di tangan yang lain yang bermain secara halus dan tidak kentara.

Berikut ini videonya.




Perhatikan betapa hebohnya ia menerangkan. Permainannya terletak bahwa orang tidak akan merunutkan dan memperhatikan angka-angkanya. Kebanyakan orang cuma mau tahu hasil akhirnya. Ketika angka-angka itu diplot dalam satu grafik, jelas terlihat kesimpulan yang benar. Dengan kata lain, tanpa chart yang ditanamkan ke dalam benak pendengar bisa berlawanan jauh dengan kebenarannya.

Berikut ini data dari World Bank. Secara nominal, agak lebih tinggi dari data IMF. Tetapi trendnya sama. Angka nominal tidak penting dalam hal ini, karena yang dibahas adalah trendnya. Sri Mulyani mengatakan trendnya membaik alias menurun. Kenyataannya adalah sebaliknya. Tanpa chart ini, pembawa acara dan para penonton akan mempercayai saja semua yang dikatakan nara-sumber.




Pengemban Hutang yang Menyusut – Semakin Kejam
Ibu saya dari keluarga dengan 12 bersaudara, dengan 1 meninggal ketika masih di bawah 10 tahun. Demikian juga ayah saya, saudaranya yang hidup sampai tua ada 12  orang. Orang-orang yang seumuran saya biasanya 4 – 7 bersaudara. Dan untuk genersi saya, anaknya rata-rata 2 saja. Trendnya adalah semakin mengecilnya jumlah keluarga.

Chart di berikut ini bercerita tentang tingkat fertilitas wanita Indonesia dengan perjalanan waktu. Jadi kalau saya mengatakan bahwa saya 6 bersaudara, bisa diterka bahwa saya kelahiran tahun 1940 – 1960. Bukan kelahiran tahun 1990an.



Apa yang menjadi penyebab dari trend penurunan fertilitas ini, mungkin banyak. Kalau penurunan drastis antara tahun 1970 – 2000 itu patut diduga karena suksesnya buku Population Bomb yang dikarang Paul Ehrlich yang membuat panik pemerintahan di dunia akan adanya ledakan populasi dan bahaya kelaparan pandemi sebagai akibatnya. Pemerintah-pemerintah di dunia berlomba-lomba membuat program pembatasan kelahiran dan sukses.

Patut diduga bahwa penurunan fertilitas selama tahun 1960 – 1970 serta 2010 dan selanjutnya dipengaruhi oleh urbanisasi. Pasangan suami-istri urban lebih jarang berhubungan sex dibanding dengan yang dipedesaan. Di kota banyak yang bisa dilakukan setelah matahari terbenam selain sex. Disamping itu bagi mereka anak adalah beban yang berat.

Dengan ekstrapolasi, tingkat fetilitas wanita Indonesia menembus batas 2 pada tahun 2030. Artinya 11 - 12 tahun lagi, Indonesia mengalami fase zero old people replacement. Dan saat itu Indonesia menjadi masyarakat yang menua. Populasi orang tua cenderung meningkat. Jadi ini bukan demografi yang menyusut lho. Keduanya  berbeda.

Oleh sebab itu generasi yang akan datang menghadapi dua beban berat yang ditimpakan oleh generasi sebelumnya, yaitu: mengurus orang-orang tua yang jumlahnya lebih banyak dari yang muda dan membayar hutang yang dibuat oleh generasi tua. Oleh sebab itu hidup 15 – 40 tahun mendatang akan berat bagi kaum muda.


Renungan
Saya memperoleh kiriman video yang ada kaitannya dengan hutang. Walaupun pembawanya seorang ustadz, tapi ilmunya kelihatannya sebatas pada entertainer saja, seperti A’a Gym. Tidak ada dalil Quran atau hadith yang dikeluarkannya.




Kesalahan dari ustadz ini adalah pada detailnya. Angka Rp 13 juta beban hutang itu salah, karena pada saat membayar nanti, tidak semua warga negara NKRI ini membayar hutang itu. Karena ada yang pensiunan, ada yang jompo, ada yang masih balita. Mungkin yang menanggung beban itu 20% - 30% saja. Itu tidak termasuk jika hutang itu bertambah hutang yang baru dan bunganya tidak dibayar-bayar. Anda bisa hitung sendirilah. Mungkin Rp 50 juta.

Orang mati yang membawa hutang dianggap tidak bermoral. Menurut riwayat, nabi enggan mensholati jenazah yang hutangnya belum dibayarkan. Oleh sebab itu, ketika seorang muslim meninggal, selalu diumumkan bahwa jika yang meninggal ini punya hutang, diharapkan krediturnya datang kepada keluarganya untuk menyelesaikan hutangnya itu.

Kalau anda bertanya apakah ini berlaku bagi presiden atau pelaku pemerintahan yang membuat hutang, mungkin kyai Ma’ruf Amin bisa menjawabnya. Mungkin. Apakah Jokowi layak memperoleh sholat jenazah ketika ia meninggal nanti? Persoalannya lebih dari sekedar hutang yang belum dibayar. Tetapi hutang yang dibebankan kepada mereka yang masih berupa sperma-sperma pada saat hutang itu dibuat. Dan itu demi kesuksesannya untuk menjadi presiden untuk kedua kalinya. Itu biadab.

Mengenai moralitas hutang, saya tidak bermaksud untuk memberi pandangan dari sudut agama Kristen atau Yahudi. Tetapi lebih banyak dari sudut pandang Bible.

Orang kaya menguasai orang miskin, yang berhutang menjadi budak dari yang menghutangi [Amsal 22:7]

Itu kata Bible. Dan dari sudut moral, sebutan apa yang paling tepat bagi mereka yang mengirimkan anak-cucu mereka untuk dijadikan budak dari para kreditur yang kaya? Silahkan jawab sendiri.

Beberapa waktu lalu, saya menjelaskan perbedaan antara penipuan dan pengelabuhan. Dalam pengelabuhan tidak ada kebohongan yang dikeluarkan, tetapi pernyataan-pernyataan dibikin sedemikian rupa sehingga persepsi terarah. Sebagai contoh seorang yang telah mempunyai istri 9 orang sedang merayu calon istri ke 10nya. Ia mengatakan: “Kamu bukan istri pertama saya. Saya sudah berkeluarga. Istri saya bernama Maryam dan punya anak 2.”

Ia tidak mengatakan bahwa Maryam itu istri ke-5nya. Dan memang benar dia punya anak dengan Maryam 2 orang. Dengan istri yang lain tidak diceritakan.

Dengan tidak menceritakan keadaan yang sepenuhnya, ia bermaksud membiarkan persepsi calon istri ke 10nya berpikir bahwa ia akan menjadi istri ke-2. Itu tidak terlalu buruk dibanding dengan istri ke-10. Tetntu saja dalam kasus yang saya jumpai, sang istri baru menjadi kesal setelah mengetahui bahwa ia istri ke-10, dan kemudian membuat ulah.

Penipu dan pengelabuh yang bodoh akan ketahuan bohongnya dan pengelabuhannya oleh korbannya. Sedangkan penipu dan pengelabuh yang pintar, korban-korbannya (banyak) tidak pernah tahu bahwa pernah dikerjai. Penipu dan pengelabuh semacam inilah yang sangat berbahaya. Kalau kasus Ratna Sarungpaet, kasus 7 kontainer surat suara yang sudah dicoblos, kasus..... adalah kasus penipuan kelas rendahan. Mudah dibongkar kebohongannya. Tetapi untuk pembangunan dengan bermodal hutang agar bisa terpilih menjadi presiden untuk kedua kali, ketiga kali, berkali-kali, itu berbeda kualitasnya.

Kalau saja Hannibal, anjing saya boleh mencalonkan diri, saya akan pilih dia. Tetapi untuk keadaan sekarang, sama-sama kakistokrat, kalau Prabowo jadi presiden....., ditengah jalan dia main tipu-tipu, lebih gampang diketahui. Dan kalau tidak suka..., bisa ramai-ramai protes. Tetapi jika orang yang sangat licin, dampak pengelabuhannya baru ketahuan 20 – 30 tahun kemudian?

Mampuslah anak-cucumu.

Orang sangat pandai tidak banyak. Sedangkan orang awam, orang pintar dan orang gila banyak. Mereka ini yang akan memilih para kakistokrat pengelabuh yang ulung. Oleh sebab itu, dalam pemilihan umum sekarang kami ramalkan yang akan menang adalah kakistokrat yang licin dan pandai mengelabuhi. Sampai anak cucu mungkin tidak akan sadar bahwa kakek-kakek mereka telah dikelabuhi.

Sekian dulu. Jaga baik-baik kesehatan dan tabungan anda. Sampai lain kali.

Jakarta 19 Januari 2019

DS – Datuk Semar, bukan Denny Siregar.

Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

Sunday, January 13, 2019

Dari Demokrasi ke Kakistokrasi (Bagian II)



IT'S DEFISIT....., STUPIIID!

Pengikut, Cebong dan Kampret (Tipuan dan Pengelabuhan)
Ada cebong ada kampret. Cebong gampang ditipu karena hidupnya terkungkung di kolam saja. Sedang kampret melihat sesuatu sering terbalik. EOWI termasuk yang mana? Mau tahu? EOWI termasuk Porchia. Porchia lahir dengan kecerdasan  yang cukup dan selalu menggunakan kecerdasannya. Pada umur 3 bulan Porchia sudah mampu mengenal apa arti “sit”, “bark”, “salim”, “out” dan “down”. Pada umur 3 bulan sudah lulus potty-pot training, pupup di luar rumah.

Antara team sukses cebong dan team sukses kampret ada perbedaan kualitas. Team sukses cebong lebih pintar dan tersamar dari pada kampret. Tapi keduanya sama-sama bohong.

Kalau kampret bohongnya sangat mudah dibuktikan bohong. Yang baru saja, ada kasus Ratna Sarungpaet, kasus 7 kontainer yang berisi kartu vote yang sudah dicoblos, ada Rp 100 ribu cuma dapat cabe. Tempe setipis kartu ATM....dan kebohongan sejenis itu.

Pengelabuhan Sukses
EOWI tidak akan membahas tentang kampret, karena memang mudah dibuktikan salah. Sedangkan untuk hoax kebohongan para cebong harus dikorek dan dijelaskan detail-detailnya. Ada cebong yang mengerti, ada juga yang tidak. Maklum, jika cinta sudah melekat, tahi ayam serasa coklat.

Minggu lalu beredar video mengenai perjanjian penggunaan mata uang lokal antara Malaysia, Thailand dan Indonesia. Katanya dengan perjanjian ini dibuat persepsi seakan Indonesia tidak akan mengalami kesulitan kekurangan dollar. Selamat tinggal dollar kata video cebong ini.

Seorang Cebong dengan bangganya menyebarkan pengelabuhan (mischief)

Persepsi adalah persepsi. Kenyataannya bisa sama dan bisa beda. Kalau perjanjian ini, dipersepsikan akan menyelesaikan defisit pembayaran Indonesia. Betulkah itu?

Misalnya, kalau Indonesia membeli barang Malaysia menggunakan rupiah. Kemudian Malaysia bisa menggunakan rupiah yang diperolehnya untuk membeli barang Indonesia. Jadi rupiah Indonesia kembali ke Indonesia. Dalam kasus seperti ini tidak ada persoalan yang timbul.

Tetapi, kalau Indonesia selalu membeli barang yang lebih banyak dari Malaysia, maka akan selalu ada rupiah yang mengendap di Malaysia. Dan lama-lama menupuk banyak dan menjadi masalah bagi Malaysia. Rupiah tinggal rupiah. Mau dibelikan barang Zimbabwe atau Haiti sekalipun, mereka tidak mau terima. Bagi mereka rupiah itu bak uang mainan monopoli.

Cebong tentu akan berargumen: “.....’Kan masih ada Thailand..”

Itu benar bisa menyelesaikan masalah jika:
  1. Indonesia tidak mengalami defisit dengan Thailand bahkan harus surplus
  2. Malaysia surplus dengan Thailand

Jika Indonesia juga defisit dengan Thailand, maka Thailand pun akan sudah kebanjiran rupiah dari Indonesia. Jadi sebenarnya Thailand pun mau melepas rupiahnya kepada yang mau terima sebagai pembayaran. Tidak udah berpikir Korea sebagai tempat penampungan rupiah, Zimbabwe atau Haiti sekalipun, tidak mau terima. Jadi....., cepat atau lambat Malaysia dan Thailand akan sadar bahwa perjanjian ini adalah omong kosong, jika Indonesia terus defisit.

Sekarang pembaca sudah paham ‘kan problemnya? Sekarang bagaimana keadaan neraca yang sebenarnya?

Issue Yang Sebenarnya
Chart di bawah menunjukkan bahwa Indonesia selalu defisit dalam perdagangan dengan Malaysia dan Thailand. Dengan Malaysia, defisit Indonesia dikarenakan impor migas dari Malaysia. Sedang dengan Thailand dikarenakan impor non-migas, dan itu bisa ditebak – bahan makanan.


Walaupun selalu defisit, ada trend bahwa setidaknya  tahun 2013 – 2015 trendnya mengecil defisitnya. Walaupun tahun 2016 sampai 2018 defisit ini melebar kembali. Kalau ada argumen bahwa dikemudian hari defisit ini akan menghilang dan neracanya bisa seimbang, maka mungkin ini adalah impian saja. Adanya perjanjian ini karena Indonesia punya persoalan pembayaran dengan mata uang dollar. Current account mengalami defisit sejak lama. Bagaimana ceritanya perdagangan dengan Malaysia dan Thailand bisa surplus dengan perjanjian penggunaan mata uang lokal? 

Perlu mukjizat!!!! Yang mukjizat yang hebat pula. Kalau hanya mukjizat kelas pawang hujan, sulit untuk terjadi pembalikan neraca perdagangan sehingga menjadi berimbang. 

Mungkin kyai Amin Ma’ruf mau mencoba mukjizanya?


Pembaca yang smart, ada perbedaan kelas yang jelas antara kubu Prabowo dan kubu Jokowi. Kelas Penyiksaan Operasi Plastik Ratna Sarungpaet, kelas 7 kontainer berisi kartu suara yang sudah dicoblos, kelas berita Jokowi PKI adalah kelas penipuan. Tetapi kelas pertumbuhan GDP 5%, kelas inflasi 3%, kelas kesuksesan ambil alih PTFI, sukses perjanjian penggunaan mata uang lokal adalah kelas pengelabuhan. Tingkatannya tentu lebih tinggi dan elegan.

Seperti kata EOWI: “Ada penipu, ada penipu ulung, ada politikus dan ada Cut Zahara Fonna”, kelasnya Jokowi sudah berada di level politikus. Memang untuk mencapai kesama perlu waktu. Dulu, 5 tahun lalu level Jokowi juga masih sama seperti Prabowo sekarang. Kasus mobil ESEMKA – yang buatan Cina Geely  adalah contohnya. Terlalu kelihatan bohongnya.

Kalau dilihat dari kepiawaiannya, pemilihan umum 2019 akan dimenangkan oleh Jokowi dan kelompoknya. Tetapi NKRI bisa dipastikan akan memperoleh kakistokrat-kakistokrat juga. Tentunya pembaca akan tahu kemana arahnya negara ini.

Sampai disini dulu....jaga kesehatan anda dan tabungan anda baik-baik.


Jakarta 13 Januari 2019.
DS yang bukan Denny Siregar, melainkan Datuk Semar.


Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

Tuesday, January 1, 2019

Tahun 2019 Yang Beresiko

EOWI tidak mengatakan bahwa krisis akan terjadi di tahun 2019. Kemungkinan itu ada dan besar. Dengan perjalanan waktu, puncak krisis yang EOWI gambarkan di Gejolak 2014 -2020 semakin menjadi jelas. Menurut perkiraan EOWI, harga minyak akan kembali ke level $25 per bbl, harga emas ke $ 700 per oz, sahah akan terkoreksi antara 60% - 90%. Dan dollar US akan ke kisaran Rp 17,000 – Rp 25,000. Itu perkiraan EOWI. Mungkin bukan di tahun 2019. Lebih mungkin di tahun 2020.

EOWI belum berani mengatakan bahwa krisis akan terjadi dalam 3 – 4 bulan mendatang. Indikasi-indikasi akan datangnya krisis sudah banyak, tetapi belum lengkap. Bisa saja, di wilayah di luar US, seperti Eropa dan emerging market akan mendahului US. Untuk US sendiri mungkin 8 – 18 bulan mendatang kesimpulan itu baru agak solid.


Bursa Saham
Bursa Eropa sepertinya investor mempraktekkan slogan sell in May and go away di bulan May tahun 2018. Indeks-Indeks saham Eropa mencapai puncaknya di bulan May. Dan sejak May 2018 itu bursa-bursa saham di Eropa sudah mengalami kejatuhan sampai 17% sebelum adanya rally setelah natal. Ini masih belum bisa disebut bear market. Apalagi dengan adanya robot trading, yang mengakibatkan adanya volatilitas yang besar.



Bursa US agak berbeda. Puncaknya dicapai pada bulan Oktober. Sebelum rebound setelah natal, indeks small caps Russell 2000 terkoreksi sampai 22%. Bahkan Dow Transportation sampai 24%.


Mungkin pasar modal, terutama bursa US, akan mengalami rally yang hiperbolik sebelum crash. Rally semacam ini disebut sucker rally. Ini akan terjadi di tahun 2019, mungkin sampai pertengahan atau kwartal – 3.


Pasar Bond US: Inversion US Treasury Bond
Salah satu leading indicator untuk resesi di US adalah inversion dari US Treasury bond. Maksudnya, suku bunga US treasury bond jangka panjang lebih rendah dari yang jangka pendek. Investor mau dibayar lebih murah untuk pegang surat obligasi jangkan panjang dari pada jangka pendek. Ini menandakan dalam waktu dekat ini, investor bond mengantisipasi adanya resesi.

Enam US treasury yield sudah inverted. Tiga pertama adalah 5-year treasury, yaitu 5-year US treasury yield terhadap 3-year US treasury dan 5-year US treasury yield terhadap 2-year US treasury, serta 5-year treasury yield terhadap 1 year treasury.


Berikutnya antara 3-year treasury yaitu 3-year treasury dengan 2-year treasury dan 3-year treasury dengan 1 year.

Kemudian antara 2-year treasury dengan 1-year treasury.


Sedangkan yield 10-year US treasury terhadap 2-year sempat disekitar 0.1%, walau pun kemudian berbalik arah. Mungkin dalam 2 - 6 bulan kedepan inversion 10-year US treasury dengan 2-year insya Allah terjadi. Insya Allah disini maksudnya berdasarkan trend terakhir dari kurva inversion di bawah. Kalau trendnya berubah, maka perkiraan itupun berubah.


Inversion 10-year US treasury dengan 2-year, biasanya dijadikan patokan untuk meramalkan krisis, apakah itu resesi di US atau krisis moneter di US. Dan biasanya krisis itu sekitar 8 – 18 bulan setelah inversion. Dengan demikian, kira-kira krisis itu seandainya terjadi, maka waktu dimulainya sekitar akhir 2019 sampai pertengahan 2020. Jadi masih ada waktu untuk bersiap-siap.

Tetapi ada kemungkinan inversion itu tidak terjadi pada yield bond jangka panjang, jika investor bond berpikir bahwa dimasa datang akan terjadi inflasi. Ada antisipasi terhadap adanya inflasi. Trend suku bunga long term US bond sudah keluar dari trend menurunnya. Demikian pula suku bunga kredit perumahan, juga keluar dari trend jangka panjangnya.







The Fed, Trump dan Liquiditas
Akhir-akhir ini Trump mengeluhkan prilaku Jerome Powell, ketua the Fed. Keluhannya bahwa the Fed kurang akomodatif dengan liquiditas. Dengan kata lain Trump tidak menginginkan the Fed melakukan pengetatan liquiditas. Ada desas-desus bahwa Trump mau memecat Jay Powell tetapi setelah melihat perundang-undangan ternyata Jay Powell tidak bisa dipecat oleh presiden US manapun. Jadi Trump harus menelan kekesalannya.

The Fed nampaknya tidak terintimidasi oleh ciutan Twitter Trump. Tekadnya akan menaikkan suku bunga dan mengurangi US treasury bond di dalam balance sheetnya masih kuat sebagaimana diungkapkan Powell dalam beberapa the Fed meeting. Dengan kata lain pengetatan moneter US akan terus dilakukan di tahun 2019.

Mungkin the Fed sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi resesi atau sedang bersih-bersih moneter yang dibikin berantakan oleh pendahulunya yaitu Alan Greenspan, Ben Bernanke, Janet Yellen. Ketiga pendahulunya itu telah membuat balance sheet the Fed meledak dan suku bunga rock bottom, sementara pertumbuhan ekonomi US tertekan di level rendah terlebih selama 10 tahun ini. Yang ada hanyalah bubble dimana-mana yang saat ini siap pecah.

Sudah lebih dari 10 tahun tidak pernah terjadi, sehingga peluangnya untuk muncul meningkat. Dan kalau terjadi resesi di US, the Fed harus punya amunisi yang cukup, yaitu suku bunga untuk diturunkan dan balance sheet untuk digembungkan.

The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya dan mengempiskan balance sheetnya dengan mengurangi $50 milyar per bulannya treasury bond dari balance sheetnya. Untuk suku bunga acuan the Fed, saat ini hanya 2.5%. Apakah saat ini the Fed merasa nyaman dengan level suku bunga ini untuk menghadapi resesi?


Is This Time the Same?
Dari data yang ada pada EOWI, hanya pada resesi tahun 1957 the Fed menurunkan suku bunganya sebesar kurang lebih 3%. Itupun menyisakan 0.5% untuk jaga-jaga jika penurunan 3% tidak cukup.

Persoalannya the Fed sampai saat ini hanya suku bunga punya 2.5%. Jadi untuk menyamai tahun 1957 masih kurang 1% lagi. Kedua, apakah kali ini situasinya mirip dengan tahun 1957? Kondratieff spring vs. Kondratieff winter.

Dulu, ekonomi US masih dalam periode Kondratieff spring, hutang masih rendah, demografi masih bagus, bull market di bursa saham masih berumur 7 tahun bukan 10 tahun seperti keadaan sekarang dan sistem keuangan masih menggunakan standard emas.

Jadi tidak sulit untuk menjawab pertanyaan di atas. Kemungkinan the Fed belum selesai menaikkan suku bunganya dan mengempiskan balance sheetnya. The Fed mungkin akan berhenti dengan quantitative tightening ketika resesi terpicu.


Poin-Poin Untuk Direnungkan
Tahun 2019 dan 2020 akan mejadi tahun penentuan bagi reputasi EOWI. Apakah krisis ekonomi global akan terjadi dalam periode yang diramalkan EOWI atau meleset. Kalau meleset, akan seberapa jauh?

Secara global, mood masyarakat menampakan ciri periode Kondratieff winter, polarisasi yang menajam, baik itu di US, Eropa, Indonesia, bahkan Malaysia yang dimata orang Indonesia, berwatak agak lembek, bulan November 2018 lalu ada bentrok kerusuhan yang dipicu oleh masalah ras. Harusnya rakyat Malaysia puas dengan digulingkannya Najib Razak yang kemudian digantikan oleh pemimpin Malaysia legendaris, Mahatir Muhammad. Kemudian muncul demonstrasi ala 212. Apa lagi yang mereka inginkan?

Bubble crypto-currency sudah pecah. Tetapi dipihak lain, beberapa bubble masih belum pecah, seperti property bubble di beberapa negara, credit bubble dan bubble di bursa saham.

Untuk Indonesia, property bubble sudah pecah. Dalam US dollar harga properti di Indonesia sudah turun. Kalau mau jual, harus dengan harga discount, banyak pula, kalau mau laku. Untuk bursa saham dan obligasi, masih belum pecah.

Sekian dulu, jaga kesehatan dan tabungan anda baik-baik. Sampai jumpa lain kali di lain cerita.

Jakarta 1 Januari 2019

 Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.

Monday, December 24, 2018

Dari Demokrasi ke Kakistokrasi

Bagian I


Entah kenapa, kalau kita perhatikan banyak negara demokrasi saat ini sudah menjadi atau dalam perjalanan menjadi negara kakistokrasi. Contohnya US, Prancis, Inggris, Jerman, Jepang, Itali, Venezuela, Indonesia…., dan ada bisa cari yang lain.

Apa itu kakistokrasi atau kakistocracy. Jawabnya bisa anda cari di internet dengan Google. Tapi meme berikut ini bisa menggambarkan makna kakistokrasi. Yang pasti tidak ada kaitannya dengan kaki dan secara etimologi bukan dari bahasa Indonesia.





Kalau itu masih belum jelas, mungkin  meme merikut ini bisa lebih menjelaskan.


Kalau sebuah negara dijalankan oleh orang-orang yang di dalam populasi menempati strata paling bawah dalam hal kemampuan untuk menjalankan pemerintahan maka negara itu cepat atau lambat akan berantakan. Contohnya Trump, Bush Jr. Macron, Theresa May. Tanpa orang-orang seperti ini, Prancis tidak akan ada demonstrasi yang besar seperti sekarang. Juga Indonesia, tidak akan ada 212, reuni 212 dan sebagainya. Demonstrasi di Prancis bukan sekedar dilatar-belakangi oleh kenaikkan pajak diesel, tetapi masalah tekanan hidup. Buktinya ketika pajak diesel dibatalkan, demonstrasi tetap berjalan terus. Apakah 212 atau reuni 212 juga dilatar-belakangi masalah tekanan hidup. Sangat mungkin, walaupun statistik ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah menunjukkan semuanya baik-baik saja dan berita-berita dari media massa (hampir) semua memberi gambaran yang cantik.

Berita minggu lalu tentang rakyat berpesta ketika pemimpinnya ditangkap untuk sebagai tersangka. Kecintaan terhadap pemimpin saat ini sudah tipis, bahkan lebih condong ke arah benci. Bupati Cianjur ditangkap dan dijadikan tersangka, malah rakyatnya pesta di jalan-jalan. Banyak yang memberi sumbangan makan dan minum gratis dalam pesta itu, karena rasa suka cita bupati yang dipilihnya ditangkap.


Pesta Rakyat Cianjur

Di Indonesia memang ada polarisasi yang tajam antara yang mendukung pemerintah dan pengkritik pemerintah. Cebong dan kampret istilah dunia maya. Pertentangan merekapun tajam. Dalam satu rumahpun mereka sering bersitegang. Pecari rejeki, seperti seorang bapak biasanya kampret pengkritik kalau akhir-akhir ini dia mengalami kesulitan menghidupi keluarganya. Istri atau anak-anaknya bisa jadi pendukung pemerintah, kecebong, terutama kalau mereka tidak mau tahu tentang makin sulitnya mencari rejeki. Istri saya termasuk kecebong karena dia tahunya menghabiskan uang bulanan dan selalu terima tepat waktu. Sedang saya anti pemerintah, karena melihat tahungan pelan-pelan mengempis selama 3 tahun terakhir ini. Sering saya bilang ke istri, kalau dia masih memuji-muji pemerintah atau dalam pemilu nanti tidak memilih opposisi, saya akan kasih kenaikan uang bulanannya seperti data-data pemerintah. Terutama inflasinya. Dengan kata lain, kenaikan uang bulanannya akan sekitar 3% dan dia harus bisa memperoleh barang kebutuhan yang sama, tanpa mengurangi kualitas dan kuantitas. (Biar tahu rasa dia.)

Istri saya adalah penonton TV, sedang saya mengolah data. TV hampir semuanya pro-pemerintah sehingga yang para emak-emak pengangguran yang kerjanya cuma nonton TV dan minta duit dari suami tahunya adalah ekonomi versi pemerintah. Tidak tahu ekonomi yang riil.

Apakah ekonomi yang riil? Bagaimana prestasi pemerintah yang riil. EOWI akan tunjukkan angka-angka yang dikeluarkan pemerintah dengan penampilan yang agak berbeda, bukan  penampilan dari BPS atau media massa. Tetapi sebelumnya EOWI akan bertanya mengenai kandidat wakil presiden dan DPR serta KPU, kemudian silahkan jawab sendiri. Pertanyaan ini bukan untuk menghina atau melecehkan tetapi untuk membuka realita yang ada di negara ini.


Apakah calon ini punya kemampuan untuk memimpin negara?


Bagaimana dengan ini?

Kardus digembok?? Apa tidak ada yang lebih gila dari ini? Design ini konon disetujui DPR. Kardus dan gembok adalah kombinasi yang menarik.

Siapakah pemilih kakistikrasi? Apa dari golongan ini?

Apakah nantinya hasil pemilu bisa diharapkan bukan negara kakistokrasi? Kalau belum bisa menjawab dengan alasan belum jelas, mungkin banyak hal-hal yang yang tersamar dan perlu pengetahuan untuk mengetahui ciri-ciri bahwa negara ini sudah pada kategori kakistokrasi.

Beberapa waktu lalu muncul video di media sosial mengenai komentar ketua team sukses Jokowi-Ma’ruf yaitu Erick Thohir isinya tentang strategi kelompoknya dalam membangun negara dengan hutang. Ini adalah video yang dimaksud.



Erick mengatakan bahwa mengelola negara itu seperti mengelola bisnis. Dan selama ini, sebagian modalnya dari hutang. Dan dia tidak bisa mengerti bagaimana menjalankan bosnis atau negara tanpa hutang.

Opini Erick Thohir mewakili opini group Jokowi yang sekarang berkuasa. Dan applikasi opini itu kita bisa lihat dari meroketnya hutang BUMN dan hutang pemerintah.

Kalau saya ada di depan Erick saya waktu itu akan mengatakan: “Matamu Erick. Memangnya yang siapa akan membayar hutang itu?....apa kamu?”

Pembaca EOWI yang cerdas……, perusahaan, bisnis, tidak sama dengan negara. Hutang perusahaan yang membayar adalah pemilik perusahaan. Direktur, pemilik bisnis yang membikin hutang akan mempertanggung jawabkan pembayaran hutangnya. Bahkan bisa dipengadilankan kalau ngemplang dan ada kesalahan hukum.

Lain halnya dengan negara. Yang akan mengurusi pembayaran hutang itu adalah presiden atau pemerintahan 1 – 2 periode berikutnya bahkan bisa 5 periode berikutnya. Bukan pemerintahan yang membuat hutang yang mempertanggung jawabkan hutangnya. Dan yang membayar adalah orang-orang yang  ketika hutang itu dibuat masih anak-anak dan belum bisa ikut pemilu. Bukan semua orang-orang yang memilih dia. Sebagian orang-orang yang memilih dia mungkin sudah mati. Jadi pemerintahan yang mengandalkan hutang untuk pembangunan-pembangunan dan penjalankan pemerintahannya adalah orang-orang yang licik. Mereka yang bikin perkara dan orang lain yang harus bertanggung jawab. Oleh sebab itu pemerintah yang hidupnya dari hutang adalah dholim, apalagi hutangnya bukan hutang yang self liquidating.

Ayo kita Ini data.

Ketika JKW jadi presiden thn 2014:
GDP                        : $890.8 milyar
Hutang Pemerintah : $220.7 milyar

Tahun 2017
GDP                        : $1015.5 milyar
Hutang Pemerintah : $291.5 milyar

Selama 4 tahun
Kenaikan GDP        : $124.7 milyar
Kenaikan hutang     : $70.7 milyar
Kenaikkan GDP murni tanpa hutang: $54 milyar.
Dalam %: 54/890.8 = 6.06% dalam 4 tahun atau 1.48% per tahun.

Pembaca bisa menambahkan data hutang swasta, terutama BUMN, karena BUMN bekerja atas perintah pemerintah. Ini akan membuat pertumbuhan yang dikarenakan oleh bukan-hutang lebih kecil lagi.

Saya memilih cara ini untuk menilai kinerja pemerintah karena pemerintah bisa saja membuat hutang sebesar-besarnya dan membangun apa saja, baik yang berguna atau yang sama sekali tidak berguna seperti jembatan di perbatasan wilayah Tangerang Selatan-Depok-Jakarta, seperti terlihat pada gambar berikut ini. Saya juluki the bridge to nowhere. Saya tidak mengada-ada. Jembatan ini bisa dijumpai di jl. Mars Raya, Cinere Mas. Dan ada berapa banyak pembangunan infrastriktur seperti ini. Yang pasti Trans-Papua akan jadi a road with little use. Dari 3.5 juta penduduk Papua, ada berapa orang yang punya mobil sih?

The Bridge to Nowhere Cinere

Pemerintah juga bisa membuat proyek-proyek yang sama sekali absurd seperti kereta cepat, bullet-train, Sorong-Merauke di Papua, duitnya pinjam Cina dan pekerjanya didatangkan dari Cina. Mungkin Cina mau memberi pinjaman cukup besar seperti $ 1 trilliun asal semua didatangkan dari Cina. Dengan demikian Cina bisa memberi lapangan kerja bagi rakyatnya dan produk-produknya bisa dipasarkan. Dan itu sudah dilakukannya di Sri Langka, Pakistan dalan proyek One Road – One Belt.

Pertumbuhan yang besarnya 100% ini, dalam perhitungan GDP bisa disebut pertumbuhan GDP Indonesia, walaupun uangnya, orangnya dan materialnya dari Cina. Karena kegiatannya ada di Indonesia. Jadi Indonesia mempunyai pertumbuhan 100% yang menembus rekor manapun dan tidak berguna sama sekali. Tidak ada uang yang masuk ke Indonesia, tidak ada orang Indonesia yang memperoleh pekerjaan dari proyek-proyek tersebut. Akan tetapi tidak berguna, proyek seperti itu cukup membanggakan. Apa bullet train trans Papua tidak membanggakan?. Setidaknya bukan seperti the bridge to nowhere Cinere. Untuk proyek seperti bullet train Papua, pemerintah akan dapat applause yang meriah sekali.

Untuk pencitraan proyek semacam itu bagus. Hanya orang-orang yang waras matanya bisa melihat bencana dimasa datang. Membuat hutang jangka panjang, dengan masa tenor 20 - 30 tahun, adalah bencana. Artinya pemerintah akan mewariskan bencana yang serius kepada orang-orang yang tidak/belum punya hak pilih, bukan pemilih mereka. Licik.

Kita sudahi dulu sampai disini untuk bagian pertama. Berikutnya EOWI akan menjelaskan, kenapa membuat hutang jangka panjang adalah kekejaman kepada kanak-kanak yang belum punya hak suara. Jaga kesehatan dan tabungan anda baik-baik. Sampai nanti, insya Allah.


Jakarta 24 Desember 2018

Disclaimer: Ekonomi (dan investasi) bukan sains dan tidak pernah dibuktikan secara eksperimen; tulisan ini dimaksudkan sebagai hiburan dan bukan sebagai anjuran berinvestasi oleh sebab itu penulis tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang diakibatkan karena mengikuti informasi dari tulisan ini. Akan tetapi jika anda beruntung karena penggunaan informasi di tulisan ini, EOWI dengan suka hati kalau anda mentraktir EOWI makan-makan.